Boneka

DOLL
Sebuah keluarga yang akan pergi ke suatu tempat dengan mengendarai mobil, mengalami kecelakaan hanya karena sebuah boneka. Layaknya boneka yang berpenghuni, boneka itu bisa berbicara dan membuat seluruh isi mobil itu panik dan akhirnya tewas di tempat.
makassar.terkini.id
"Ayo ayah, ayo ayah! Aku sudah tida sabar ingin bertemu dengan mereka!"
"Ayah mengerti apa yang kau rasakan sayang! Tapi bersabarlah sebenatar ya. Ayah masih harus memasukkan semua barang-barang kita ke bagasi"
"Memangnya kau tidak lihat kalau kita sedang sibuk! Kenapa kau tidak membantu kami memasukkan barang-barang ini saja!"
"Hmmm..."
Anak itu murung, kehilangan kebahagiaannya dan duduk di depan rumah dengan memegang boneka kesayangannya. Dia membawa ransel di punggungnya, hanya anak itu yang tahu apa isinya.
"Siska, harus berapa kali ayah bilang padamu untuk tidak membuat adikmu menangis?!"
"Itu karena dia saja yang cengeng! Sudah tahu kita sedang sibuk, bukannya membantu malah mendesak kita seenaknya sendiri"
Perempuan itu mendekati anak bungsunya dan mengusap kepalanya.
"Sudah ya sayang, kau tidak perlu menangis untuk hal sekecil ini!",
"Tapi, tapi...kak Siska memarahiku!"
"Sekarang lihat ibu baik-baik! Bukankah kau sudah berjanji pada ibu untuk tidak cengeng lagi? Jika kau bisa tidak menangis saat kak Siska memarahimu kak Siska tidak akan berani lagi untuk memarahimu!"
"Lalu apa yang harus aku lakukan saat kak Siska sedang memarahiku bu?"
"Tersenyumlah, seperti ini. Tersenyumlah seperti ibu! Kau bisa kan?"
Anak itu masih murung, dia berpikir dia tidak akan bisa sekuat dan setegar ibunya yang bisa selalu tersenyum di hadapan kedua anaknya.
"Tersenyumlah! Kau pasti bisa melakukannya"
Perempuan itu menghapus air mata anaknya dan berusaha meyakinkannya untuk bisa tersenyum. Sempat beberapa saat dia terdiam, namun dia kembali menatap ibunya dengan seyum lucunya yang biasa dia berikan pada perempuan itu.
"Nah, seperti itu! Sekarang setiap kak Siska memarahimu kau harus selalu tersenyum dan bilang, 'aku bukan adikmu yang dulu lagi, aku yang sekarang sudah kuat dan tidak cengeng lagi!' kau bisa kan?"
"Ya! Aku pasti bisa!"
Tin tin...
Klakson mobil berbunyi dan mereka berdua masuk kedalamnya.
"Apa tidak ada lagi yang ketinggalan bu?" "Tidak mungkin, ibu sudah mengecek semua barang-barang yang akan kita bawa"
"Baguslah kalau begitu. Sekarang, apa semuanya siap?!"
"Siap!!"
"Siap!!"
Dengan kompak kedua bersaudara itu menjawab ayahnya. Ibu mereka yang duduk di sebelah ayahnya tersenyum melihat mereka. Sangat jarang mereka bisa kompak seperti itu, mereka tentu tidak melakukannya secara di sengaja. Mereka berdua saling memalingkan kepala setelah menyadari tingkah mereka.
"Kenapa kau menjawab sama denganku? Dasar adik cengeng!"
Anak itu menuruti ibunya dan tersenyum pada kakaknya yang memegang sebuah novel.
"Aku yang sekarang sudah berebeda kak, aku tidak lagi cengeng seperti dulu. Seperti apapun kakak akan memarahiku, aku akan terus tersenyum sampai kakak bosan memarahiku dan berhenti memarahiku lagi"
"Terserah kau saja!"
Dua jam perjalanan, kedua anak yang bermusuhan dan tidak ada canda tawa selama dua jam itu.
"Sebentar lagi kita akan melewati jalan yang curam, ayah harap kalian tidak ketakutan ya?"
"Dio yang akan ketakutan dan menangis dengan sangat keras"
"Aku tidak akan menangis!!"
"Kalian bersiap saja ya, walaupun kalian takut jangan mengeluarkan suara yang bisa mengganggu konsentrasi ayah ya?"
"Jangan berisik ya, Tina?"
"Hah, anak laki-laki tidak seharusnya bermain boneka seperti itu kan?"
"Siska!"
"Iya iya bu! Aku tahu!"
Siska menutup novelnya dan mendengarkan musik melalui mp3 player yang dia bawa.
"Hahaha!"
"Apa yang kau tertawakan, Dio?"
"Aku tidak tertawa bu"
"Jangan bohong adik cengeng! Aku bisa mendengar suara tawa itu dari arahmu"
"Benar, Dio tidak bohong bu!"
Sedikit keributan yang bisa dengan cepat di atasi. Mobil itu melewati jalan pegunungan yang langsung berbatasan dengan jurang. Akan sangat berbahaya jika terjadi kegagalan fokus.
"Haaaahahaha!!!"
"Dio! Jangan membuat suara yang bisa mengganggu konsentrasi ayah saat menyetir!"
"Dio tidak tertawa ayah!"
"Lalu kalau bukan kau siapa lagi? Suara itu berasal dari arahmu Dio"
"Dio tidak tahu, mungkin saja Tina yang tertawa"
"Jangan bercanda anak cengeng, boneka tidak mungin bisa tertawa"
"Tina, apa tadi yang tertawa itu k...ayah, dimana Tina?"
"Mungkin saja dia terjatuh Dio, coba cari di bawah!"
"Hati-hati saat menyetir, ayah!" Suara itu sedikit serak dan terdengar tua.
"Apa?! Boneka ini bisa berbicara?!"
"Hahahahahaaaa!! Hati-hati saat menyetirnya, ayah!" Tatapan boneka itu pada ayah sangat menyeramkan.
"Tina, apa yang kau lakukan di situ? Cepat kembali ke sini!"
"Boneka ini, singkirkan boneka ini dariku sekarang juga! Haaaa!"
"Ayah awas jalannya!"
"Haaaaaa!!!"
Mobil berisi satu keluarga itu masuk ke dalam jurang. Seluruh isi mobil itu tewas seketika saat mobil terguling dan akhirnya meledak. Entah sebuah kebetulan atau tidak, boneka penyebab kecelakaan itu tidak ada di sana.
Dua hari setelah kejadian itu, di tempat yang sama. Seseorang dengan mengendarai sepeda melintasi lokasi kecelakanan itu. Dia menghentikan sepedanya setelah melihat sesuatu tergeletak di jalan.
"Ah, boneka? Anakku akan senang sekali jika melihatku membawa boneka ini. Aku akan membawanya dan memberikan boneka ini padanya"
END

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Furigana, Hiragana dan Katakana

Sultan Mehmed II

Terkurung Di Hutan Hidup - part03